A.PENDAHULUAN
Death Note adalah sebuah film semi horror yang digarap oleh Nippon television network corporation Jepang. Death note menceritakan tentang sebuah buku yang dapat mengungkapkan kematian seseorang. Cerita ini bermula dari seorang mahasiswa jurusan hukum di salah satu universitas jepang yang bernama Yagami Light, yang merasakan sebuah ketidak-adilan dalam proses kreadibilitas kerja polisi jepang. Yagami Light memiliki ambisi menjadi seorang polisi seperti ayahnya. Pada suatu hari dia mencoba membajak situs kepolisian jepang dan dari situlah dia mengetahui bahwa banyak penjahat yang tidak pernah diusut kasusnya dan dibebaskan dari hukuman walaupun penjahat itu telah berulang kali melakukan tindak kriminalitas.
Dia merasa semua kerja kerasnya mempelajari hukum-hukum di Jepang menjadi sia-sia setelah mengetahui ketidak-adilan itu. Pada suatu hari, Yagami Light menemukan sebuah buku yang berjudul “Death note”. Orang yang memegang buku itu secara langsung dapat melihat dewa kematian yang bernama Shinigami Ryuk (Dewa kematian Ryuk). Orang yang memiliki buku itu dapat menentukan siapa saja yang akan dibunuhnya hanya dengan menuliskan nama seseorang di dalam buku itu, maka dalan 40 detik orang yang namanya ditulis di dalam buku itu akan mati karena gagal jantung.
Pemilik buku juga dapat menentukan kronologi kematian yang diinginkan dengan menulisnya secara detail pada buku itu. Awalnya Light hanya ingin membasmi semua pelaku kejahatan saja namun karena keadaannya semakin terancam sebab dianggap sebagai pembunuh oleh kepolisian jepang dan seorang detektif muda yang dipanggil “L” dan diancam hukuman mati jika berhasil ditangkap, dia pun akhirnya membunuh semua orang yang menurutnya mengancam keberadaannya sebagai “KIRA (pembunuh bayangan yang disini adalah Yagami Light).”
Film ini menceritakan bagaimana kepolisisan Jepang yang dibantu dengan “L” untuk mengungkap keberadaan “KIRA” yang tidak lain adalah Yagami Light , seorang anak dari kepala polisi yang ditunjuk untuk mengurusi kasus “KIRA” ini.
B. DEATH NOTE PENGUNGKAP REALITAS SOSIAL
Dalam film ini diungkapkan bahwa dibalik dari kerja polisi masih banyak unsur ketidak-adilan. Mulai dari suap yang membuat tersangka dibebaskan, hingga ketidak-tegas polisi dalam mengusut suatu kasus kriminalitas. Sehingga hukum-hukum yang berlaku patut dipertanyakan. Film ini seakan-akan menceritakan realitas yang terjadi khususnya di Jepang tetapi tak menutup kemungkinan hal ini terjadi di Negara-negara lain. Namun dibalik itu, film ini juga mengungkapkan bagaimana keseriusan kerja polisi, FBI, dan seorang Detektif dalam mengungkap suatu kasus pembunuhan.
Selain itu, film Death note, juga menunjukkan bagaimana rasa percaya itu. Mulai dari rasa percaya seorang Ayah terhadap anaknya dan keluarganya, Rasa percaya seseorang terhadap kekasihnya, rasa percaya seorang pemimpin terhadap anak buahnya, dan rasa percaya seseorang terhadap orang lain yang baru dikenal.
C. PEMBUNUHAN VERSUS KEADILAN
Yagami Light (KIRA) membunuh setiap pelaku kejahatan melalui Death note dengan maksud menuntut keadilan. Dengan latar belakang itu mungkin banyak orang yang mendukung perbuatannya itu khususnya bagi keluarga atau orang-orang yang merasakan kerugian saat kasus mereka tak diusut oleh kepoliusisan, namun, perbuatan yagami Light tersebut tak dapat dibenarkan. Setiap Negara pasti mempunyai hukum-hukum tertentu yang berlaku. Keadilan tak dapat dilihat dari “siapa yang melakukan maka itu yang salah dan harus dihukum” atau “siapa yang membunuh seseorang maka juga harus dihukum mati”, keadilan itu harus seimbang. Kebenaran itu harus diungkap terlebih dahulu barulah hukuman itu dapat ditentukan sesuai apa yang telah diperbuatnya.
Dengan maksud menuntuk keadilan, Yagami light justru berbuat tidak adil, pada akhirnya dia berbuat semena-mena. Dia membunuh orang yang tak bersalah hanya untuk melindungi dirinya dari jeratan hukum. Apa itu yang dinamakan keadilan? Tentu tidak, oleh karena itu pesan social yang dapat di ambil dari film ini adalah kita harus menjaga keegoisan kita, dan percaya bahwa hukum itu tetap berlaku dan akan selalu berusaha menegakkan keadilan.
D. BEHIND THE SCENE DEATH NOTE
Jika dilihat dari segi teknis dan Artistiknya, Film Death note ini sangat bagus. Baik itu kualitas gambar dan suara dari film ini. Semua pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film dapat diterima dengan baik oleh penontonnya karena penyampaian visual dari setiap adegan.
Film ini lebih dominan menggunakan tata warna hitam (gelap) ke kuningan, selain karena suasana jepang yang identik dengan warna kekuningan, film ini juga bergenre horror sehingga sangat cocok jika mengambil warna gelap.
Setiap actor atau aktris dapat beracting secara baik sehingga setiap adegan dapat terasa nyata jika dilihat dari mata penonton. Di film ini juga memunculkan sebuah tokoh animasi yaitu shinigami Ryuk (dewa kematian Ryuk), penggambaran tokoh ryuk ini juga sangat bagus, benar-benar cocok jika digambarkan sebagai dewa kematian. Setiap tokoh atau actor dapat menimbulkan karakter yang kuat: Yagami Light (sebagai Mahasiswa pintar namun memiliki sisi kejam), Ryuzaki “L” (seorang detektif muda yang jenius dalam mengungkapkan kasus KIRA), dan tokoh-tokoh lainnya.
Konflik yang ingin ditampilkan dalam film ini menarik, membuat setiap penonton penasaran akan setiap kelanjutan cerita. Pemilihan setting pada film ini tak terlalu berlebihan, mereka hanya mengambil setting tempat biasanya orang-orang jepang melakukan aktivitasnya, misalnya dikamar tidur, rumah, dalam kereta, kantor polisi, dan perkotaan jepang.
Setiap unsur-unsur pendukung cerita dapat menyatu dan terlihat sangat baik didalam sebuah frame film ini.
E. DEATH NOTE, PEMACU KREATIVITAS SINEAS INDONESIA.
Film ini seharusnya dapat memacu para sineas Indonesia untuk lebih berkreativitas dalam membuat film. Tidak semata-mata mementingkan sisi komersil dari film itu, tapi memperhatikan seni dalam pembuatan film itu. Film yang baik, dimana film itu dapat memberikan pesan-pesan moral yang baik untuk para penontonnya, dan film yang baik juga harus dapat mengungkapkan realitas social yang terjadi. Film bergenre semi horror seperti death note ini dapat menjadi alternative bagi para sineas Indonesia dalam membuat film. Namun, Penulis berharap walaupun dapat dijadikan alternative, sineas Indonesia dapat menghindari kata “plagiat” dalam membuat film.
F. PENUTUP.
Selain menarik untuk ditonton, film ini juga memiliki banyak sekali pesan social yang dapat dipelajari. Dan Penulis yakin bahwa Indonesia juga mampu membuat film-film seperti ini bahkan jauh lebih baik. Hanya dengan kerja keras dan ketekunan serta kreativitas, sineas Indonesia dapat menciptakan film-film bermutu layaknya film “Death note” ini.
Death Note adalah sebuah film semi horror yang digarap oleh Nippon television network corporation Jepang. Death note menceritakan tentang sebuah buku yang dapat mengungkapkan kematian seseorang. Cerita ini bermula dari seorang mahasiswa jurusan hukum di salah satu universitas jepang yang bernama Yagami Light, yang merasakan sebuah ketidak-adilan dalam proses kreadibilitas kerja polisi jepang. Yagami Light memiliki ambisi menjadi seorang polisi seperti ayahnya. Pada suatu hari dia mencoba membajak situs kepolisian jepang dan dari situlah dia mengetahui bahwa banyak penjahat yang tidak pernah diusut kasusnya dan dibebaskan dari hukuman walaupun penjahat itu telah berulang kali melakukan tindak kriminalitas.
Dia merasa semua kerja kerasnya mempelajari hukum-hukum di Jepang menjadi sia-sia setelah mengetahui ketidak-adilan itu. Pada suatu hari, Yagami Light menemukan sebuah buku yang berjudul “Death note”. Orang yang memegang buku itu secara langsung dapat melihat dewa kematian yang bernama Shinigami Ryuk (Dewa kematian Ryuk). Orang yang memiliki buku itu dapat menentukan siapa saja yang akan dibunuhnya hanya dengan menuliskan nama seseorang di dalam buku itu, maka dalan 40 detik orang yang namanya ditulis di dalam buku itu akan mati karena gagal jantung.
Pemilik buku juga dapat menentukan kronologi kematian yang diinginkan dengan menulisnya secara detail pada buku itu. Awalnya Light hanya ingin membasmi semua pelaku kejahatan saja namun karena keadaannya semakin terancam sebab dianggap sebagai pembunuh oleh kepolisian jepang dan seorang detektif muda yang dipanggil “L” dan diancam hukuman mati jika berhasil ditangkap, dia pun akhirnya membunuh semua orang yang menurutnya mengancam keberadaannya sebagai “KIRA (pembunuh bayangan yang disini adalah Yagami Light).”
Film ini menceritakan bagaimana kepolisisan Jepang yang dibantu dengan “L” untuk mengungkap keberadaan “KIRA” yang tidak lain adalah Yagami Light , seorang anak dari kepala polisi yang ditunjuk untuk mengurusi kasus “KIRA” ini.
B. DEATH NOTE PENGUNGKAP REALITAS SOSIAL
Dalam film ini diungkapkan bahwa dibalik dari kerja polisi masih banyak unsur ketidak-adilan. Mulai dari suap yang membuat tersangka dibebaskan, hingga ketidak-tegas polisi dalam mengusut suatu kasus kriminalitas. Sehingga hukum-hukum yang berlaku patut dipertanyakan. Film ini seakan-akan menceritakan realitas yang terjadi khususnya di Jepang tetapi tak menutup kemungkinan hal ini terjadi di Negara-negara lain. Namun dibalik itu, film ini juga mengungkapkan bagaimana keseriusan kerja polisi, FBI, dan seorang Detektif dalam mengungkap suatu kasus pembunuhan.
Selain itu, film Death note, juga menunjukkan bagaimana rasa percaya itu. Mulai dari rasa percaya seorang Ayah terhadap anaknya dan keluarganya, Rasa percaya seseorang terhadap kekasihnya, rasa percaya seorang pemimpin terhadap anak buahnya, dan rasa percaya seseorang terhadap orang lain yang baru dikenal.
C. PEMBUNUHAN VERSUS KEADILAN
Yagami Light (KIRA) membunuh setiap pelaku kejahatan melalui Death note dengan maksud menuntut keadilan. Dengan latar belakang itu mungkin banyak orang yang mendukung perbuatannya itu khususnya bagi keluarga atau orang-orang yang merasakan kerugian saat kasus mereka tak diusut oleh kepoliusisan, namun, perbuatan yagami Light tersebut tak dapat dibenarkan. Setiap Negara pasti mempunyai hukum-hukum tertentu yang berlaku. Keadilan tak dapat dilihat dari “siapa yang melakukan maka itu yang salah dan harus dihukum” atau “siapa yang membunuh seseorang maka juga harus dihukum mati”, keadilan itu harus seimbang. Kebenaran itu harus diungkap terlebih dahulu barulah hukuman itu dapat ditentukan sesuai apa yang telah diperbuatnya.
Dengan maksud menuntuk keadilan, Yagami light justru berbuat tidak adil, pada akhirnya dia berbuat semena-mena. Dia membunuh orang yang tak bersalah hanya untuk melindungi dirinya dari jeratan hukum. Apa itu yang dinamakan keadilan? Tentu tidak, oleh karena itu pesan social yang dapat di ambil dari film ini adalah kita harus menjaga keegoisan kita, dan percaya bahwa hukum itu tetap berlaku dan akan selalu berusaha menegakkan keadilan.
D. BEHIND THE SCENE DEATH NOTE
Jika dilihat dari segi teknis dan Artistiknya, Film Death note ini sangat bagus. Baik itu kualitas gambar dan suara dari film ini. Semua pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film dapat diterima dengan baik oleh penontonnya karena penyampaian visual dari setiap adegan.
Film ini lebih dominan menggunakan tata warna hitam (gelap) ke kuningan, selain karena suasana jepang yang identik dengan warna kekuningan, film ini juga bergenre horror sehingga sangat cocok jika mengambil warna gelap.
Setiap actor atau aktris dapat beracting secara baik sehingga setiap adegan dapat terasa nyata jika dilihat dari mata penonton. Di film ini juga memunculkan sebuah tokoh animasi yaitu shinigami Ryuk (dewa kematian Ryuk), penggambaran tokoh ryuk ini juga sangat bagus, benar-benar cocok jika digambarkan sebagai dewa kematian. Setiap tokoh atau actor dapat menimbulkan karakter yang kuat: Yagami Light (sebagai Mahasiswa pintar namun memiliki sisi kejam), Ryuzaki “L” (seorang detektif muda yang jenius dalam mengungkapkan kasus KIRA), dan tokoh-tokoh lainnya.
Konflik yang ingin ditampilkan dalam film ini menarik, membuat setiap penonton penasaran akan setiap kelanjutan cerita. Pemilihan setting pada film ini tak terlalu berlebihan, mereka hanya mengambil setting tempat biasanya orang-orang jepang melakukan aktivitasnya, misalnya dikamar tidur, rumah, dalam kereta, kantor polisi, dan perkotaan jepang.
Setiap unsur-unsur pendukung cerita dapat menyatu dan terlihat sangat baik didalam sebuah frame film ini.
E. DEATH NOTE, PEMACU KREATIVITAS SINEAS INDONESIA.
Film ini seharusnya dapat memacu para sineas Indonesia untuk lebih berkreativitas dalam membuat film. Tidak semata-mata mementingkan sisi komersil dari film itu, tapi memperhatikan seni dalam pembuatan film itu. Film yang baik, dimana film itu dapat memberikan pesan-pesan moral yang baik untuk para penontonnya, dan film yang baik juga harus dapat mengungkapkan realitas social yang terjadi. Film bergenre semi horror seperti death note ini dapat menjadi alternative bagi para sineas Indonesia dalam membuat film. Namun, Penulis berharap walaupun dapat dijadikan alternative, sineas Indonesia dapat menghindari kata “plagiat” dalam membuat film.
F. PENUTUP.
Selain menarik untuk ditonton, film ini juga memiliki banyak sekali pesan social yang dapat dipelajari. Dan Penulis yakin bahwa Indonesia juga mampu membuat film-film seperti ini bahkan jauh lebih baik. Hanya dengan kerja keras dan ketekunan serta kreativitas, sineas Indonesia dapat menciptakan film-film bermutu layaknya film “Death note” ini.
0 komentar:
Post a Comment